Hipotesis Nurani


Pada hipotesis nurani mengatakan bahwa setiap manusia yang berbahasa mampu memahami dan membuat kalimat dalam bahasanya karena telah “menuranikan” tata bahasanya menjadi kompetensi bahasanya dan juga menguasai kemampuan performansi bahasanya. Anak-anak memperoleh kompetensi dan performansi bahasanya dalam bahasa pertama mereka, dank karena tata bahasa setiap bahasa terdiri dari komponen sintaksis, semantic dan fonologi maka ketiga komponen inilah yang pertama dikuasai anak.
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa anak-anak. (Lenneberg, 1967, Chomsky 1970). Diantara hasil pengamatannya adalah sebagai berikut:
1.    Semua anak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya apabila ‘diperkenalkan’ dengan bahasa ibunya dan tidak diasingkan dari kehidupan bahasa ibunya.
2.    Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan. Pemerolehan bahasa terjadi secara merata baik untuk anak cerdas maupun tidak cerdas.
3.    Kalimat yang didenganr anak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap dan sedikit jumlahnya.
4.    Bahasa tidak bisa diajarkan terhadap makhluk lain
5.    Proses pemerolehan bahasa anak-anak erat kaitannya dengan proses pematangan jiwa anak.
6.    Struktur bahasa yang rumit, kompleks, dan bersifat universal mampu dikuasai anak-anak dalam waktu singkat yaitu dalam waktu tiga atau empat tahun saja.
Berdasarkan rangkaian pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa  manusia lahir dengan dilengkapi oleh suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Lalu, karena hal tersebut sukar dibuktikan maka pandangan ini mengajukan hipotesis yang disebut hipotesis nurani.
Adanya dua macam hipotesis nurani yaitu hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme (Simanjuntak, 1977). Hipotesis nurani bahasa menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidak dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur nurani manusia. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme menyatakan bahwa prose pemerolehan bahasa ditentukan oleh perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis nurani bahasa menekankan adanya suatu ‘benda’ nurani untuk bahasa dan berbahasa yang dibawa sejak lahir, sedangkan hipotesis nurani mekanisme menyatakan adanya suatu ‘benda’nurani yang berbentuk mekanisme umum untuk semua kemampuan manusia.
Referensi
Chaer, Abdul. Psikolinguistik kajian teoretik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Pemerolehan Bahasa (Language Acquisition)


Gampang saja untuk mengerti bagaimana pemerolehan bahasa (Language Acquisition) berlangsung. Pemerolehan bahasa merupakan proses yang terjadi di dalam otak anak saat mereka memperoleh bahasa pertamanya yang dilakukan dengan tidak disadari atau berlangsung secara alami. Seorang anak yang memperoleh bahasa secara alami akan mendapatkan tata bahasa bahasanya secara alami juga.
Ada dua proses  yang terjadi saat anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetensi merupakan proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari dan proses kompetensi in merupakan syarat untuk terjadinya proses performansi. Proses performansi memiliki dua proses yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan. Proses pemahaman merupakan proses yang melibatkan kemampuan dalam mengamati atau mempersepsi kalimat yang didengar.  Sedangkan proses penerbitan merupakan kemampuan dalam menerbitkan kalimat-kalimat. Jadi kemampuan linguistik anak terdiri dari proses memahami dan proses menerbitkan kalimat-kalimat.
Sejalan dengan teori Chomsky (1957, 1965), kompetensi tersebut mencakup tiga komponen tata bahasa yaitu komponen sintaksis, komponen semantik dan komponen fonologi. Ketiga komponen tata bahasa tersebut tidaklah diperoleh sendiri-sendiri melainkan diperoleh secara bersamaan. Untuk lebih mengerti mengenai pemerolehan bahasa, terlebih dahulu perlu dibicarakan beberapa teori atau hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Hipotesis-hipotesis tersebut terdiri dari hipotesis nurani, hipotesis tabularasa, hipotesis kesemestaan kognitif.
Referensi:
Chaer, Abdul. Psikolinguistik kajian teoretik. Jakarta: rineka cipta, 2002