dibuat untuk memenuhi assignment 2 mata kuliah M.O.T fakultas sastra Universitas Pakuan.
Komunikasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan karena setiap waktu dimanapun kita berada, proses komunikasi akan terus dilakukan. Sedangkan tindakan komunikasi memerlukan kompetensi komunikatif, yaitu kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana dan strategi. Peserta didik diharuskan dan sangat penting untuk memiliki kompetensi komunikatif karena semua kompetensi tersebut akan mempengaruhi serta mendukung kegiatan belajar peserta didik. Kompetensi komunikatif digunakan dalam keterampilan bahasa seperti understanding, speaking, reading dan writing.
in order to complete the assignment 1 MOT in literary faculty of Pakuan University.
Motivation is some kind of internal and external drive which pushes someone to do things in order to achieve something. William and Burden point out that the strength of that motivation will depend on how much value the individual places on the out come he or she wishes to achieve.
A researcher named Garry Dell and his colleagues studied slips of the tongue and proposed a theory of similar to that of the parallel distributed processing approachincluding the concept of spreading activation. Dell argues when that when you are formulating a sentence you start at the word meaning level.then you start to represent the sentence at the sound level. When you are preparing to say the word you activate the sounds of the word you want to say and sometimes a similar sound is activated and said instead of the correct sound. In recent research by Dell and his colleagues, they use parallel distributed processing model to explain speech errors. The model argues that word selection can be explain by spreading activation throughout a lexical network.
Spoonerism named after William A. Spooner (1844-1930) who had reputation for making this slips of the tongue. Spoonerism in the Oxford English Dictionary is the transposition of two sounds, or of the first letters of two words, in the simple sentence. In 1879, Dr. Spooner announced hymn as "The Kinquering Congs The Tittle Take" since then, he has been labeled the author of the countless spoonerism. But, on his wedding celebration, he stoutly maintained that 'Kinquering Congs' was his one and only spoonerism, that it was a slips of his tongue. The scientific name of the spoonerism is an Exchange, or in the Greek, Metaphasis. What we can learn of slips of the tongue with regard of the psycholinguistics is that:
We obviously start speaking before we have planned how we finish our very first sentence
Planning seems to start with a rough outline of the sentence structure with is eventually filled with lexical items while speaking has already started
Top down interpretation is a language process when we use the background knowledge and previous experience of a situation, context and topic to interpret meaning. We use prior knowledge to anticipate, predict and infer meaning. Top down is a language processing involves the reconstruction of meaning through the prior knowledge or "schema". Listener actively reconstruct the original meaning of the speaker using incoming soundand other signal like body language as clues. Prior knowledge of context unable us to make sense of what we hear.we also use schema to understand what we are reading.
Pada hipotesis nurani mengatakan bahwa setiap manusia yang berbahasa mampu memahami dan membuat kalimat dalam bahasanya karena telah “menuranikan” tata bahasanya menjadi kompetensi bahasanya dan juga menguasai kemampuan performansi bahasanya. Anak-anak memperoleh kompetensi dan performansi bahasanya dalam bahasa pertama mereka, dank karena tata bahasa setiap bahasa terdiri dari komponen sintaksis, semantic dan fonologi maka ketiga komponen inilah yang pertama dikuasai anak.
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa anak-anak. (Lenneberg, 1967, Chomsky 1970). Diantara hasil pengamatannya adalah sebagai berikut:
1.Semua anak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya apabila ‘diperkenalkan’ dengan bahasa ibunya dan tidak diasingkan dari kehidupan bahasa ibunya.
2.Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan. Pemerolehan bahasa terjadi secara merata baik untuk anak cerdas maupun tidak cerdas.
3.Kalimat yang didenganr anak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap dan sedikit jumlahnya.
4.Bahasa tidak bisa diajarkan terhadap makhluk lain
5.Proses pemerolehan bahasa anak-anak erat kaitannya dengan proses pematangan jiwa anak.
6.Struktur bahasa yang rumit, kompleks, dan bersifat universal mampu dikuasai anak-anak dalam waktu singkat yaitu dalam waktu tiga atau empat tahun saja.
Berdasarkan rangkaian pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi oleh suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Lalu, karena hal tersebut sukar dibuktikan maka pandangan ini mengajukan hipotesis yang disebut hipotesis nurani.
Adanya dua macam hipotesis nurani yaitu hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme (Simanjuntak, 1977). Hipotesis nurani bahasa menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidak dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur nurani manusia. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme menyatakan bahwa prose pemerolehan bahasa ditentukan oleh perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis nurani bahasa menekankan adanya suatu ‘benda’ nurani untuk bahasa dan berbahasa yang dibawa sejak lahir, sedangkan hipotesis nurani mekanisme menyatakan adanya suatu ‘benda’nurani yang berbentuk mekanisme umum untuk semua kemampuan manusia.
Gampang saja untuk mengerti bagaimana pemerolehan bahasa (Language Acquisition) berlangsung. Pemerolehan bahasa merupakan proses yang terjadi di dalam otak anak saat mereka memperoleh bahasa pertamanya yang dilakukan dengan tidak disadari atau berlangsung secara alami. Seorang anak yang memperoleh bahasa secara alami akan mendapatkan tata bahasa bahasanya secara alami juga.
Ada dua proses yang terjadi saat anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetensi merupakan proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari dan proses kompetensi in merupakan syarat untuk terjadinya proses performansi. Proses performansi memiliki dua proses yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan. Proses pemahaman merupakan proses yang melibatkan kemampuan dalam mengamati atau mempersepsi kalimat yang didengar. Sedangkan proses penerbitan merupakan kemampuan dalam menerbitkan kalimat-kalimat. Jadi kemampuan linguistik anak terdiri dari proses memahami dan proses menerbitkan kalimat-kalimat.
Sejalan dengan teori Chomsky (1957, 1965), kompetensi tersebut mencakup tiga komponen tata bahasa yaitu komponen sintaksis, komponen semantik dan komponen fonologi. Ketiga komponen tata bahasa tersebut tidaklah diperoleh sendiri-sendiri melainkan diperoleh secara bersamaan. Untuk lebih mengerti mengenai pemerolehan bahasa, terlebih dahulu perlu dibicarakan beberapa teori atau hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Hipotesis-hipotesis tersebut terdiri dari hipotesis nurani, hipotesis tabularasa, hipotesis kesemestaan kognitif.